A. Pengertian
1.
Demam
Demam adalah suatu keadaan saat
suhu tubuh melebihi 37oC yang disebabkan oleh respon
tubuh terhadap penyakit atau respon
imun.
2.
Nyeri
a. Nyeri adalah suatu keadaan yang tidak menyenangkan pada indrawi dan
pengalaman emosional subjektif terkait terhadap respon kerusakan jaringan atau
abnormalitas suatu jaringan.
b. Nyeri
merupakan suatu mekanisme perlindungan tubuh untuk melindungi dan memberikan
tanda bahaya tentang adanya gangguan
di tubuh.
B. Klasifikasi Nyeri
1. Nyeri
dapat diklasifikasikan berdasarkan beberapa kriteria antara lain
a. Klasifikasi Nyeri Berdasarkan Waktu
1) Nyeri Akut
Nyeri
Akut adalah Nyeri yang terjadi secara tiba-tiba dan terjadinya singkat contoh
nyeri trauma.
2) Nyeri
Kronis
Nyeri
kronis adalah
nyeri yang terjadi atau dialami sudah lama contoh kanker
b. Klasifikasi nyeri berdasarkan tempat terjadinya nyeri
1) Nyeri
Somatik
Nyeri
somatik adalah nyeri
yang dirasakan hanya pada tempat terjadinya kerusakan atau gangguan, bersifat tajam, mudah dilihat dan mudah
ditangani, contoh Nyeri karena tertusuk.
2) Nyeri
Visceral
Nyeri
visceral adalah
nyeri yang terkait kerusakan organ dalam, contoh nyeri karena trauma
di hati atau paru-paru.
3) Nyeri
Reperred
Nyeri
Reperred adalah nyeri yang dirasakan jauh dari lokasi nyeri,
contoh nyeri angina.
c. Klasifikasi Nyeri Berdasarkan Persepsi Nyeri
1) Nyeri
Nosiseptis
Nyeri
nosiseptis adalah
nyeri pada kerusakan
jaringan jelas
(seperti luka kulit, tulang, sendi otot) atau nyeri visceral (seperti organ dalam yaitu usus
besar, hati, paru-paru atau pankreas)
2) Nyeri Neuropatik
Nyeri neuropatik adalah
nyeri yang kerusakan jaringan tidak jelas. contohnya
nyeri
yang diakitbatkan oleh
kelainan pada susunan saraf. Nyeri
neuropatik ditopang oleh pengolahan abnormal masukan sensorik oleh sistem saraf
perifer atau sentral. ada sejumlah besar sindrom nyeri neuropatik yang sering
sulit untuk diobati (nyeri misalnya punggung, neuropati diabetes, neuralgia
phostherpetic, kanker terkait rasa sakit, cedera tulang belakang). Kerusakan
saraf atau rangsangan nyeri terus-menerus dapat menyebabkan rangsangan spontan
saraf, saraf stimulasi nyeri otonom, dan peningkatan progresif kerusakan neuron
dorsal horn.
3) Nyeri idiopatik
adalah nyeri dimana kelainan
patologik tidak dapat ditemukan.
4) Nyeri psikologik, bersumber dari emosi/psikis dan
biasanya tidak disadari.
d. Nyeri Berdasarkan Hasil Rambatan
1) Nyeri Lambat
Nyeri lambat adalah hasil rangsangan nyeri
berdasarkan biosintesis mediator nyeri.
2) Nyeri cepat
Nyeri cepat adalah hasil rangsangan nyeri
berdasarkan potensial aksi sepanjang serabut saraf.
C.
Mekanisme Nyeri
1. Mekanisme nyeri ada dua meliputi
a.
Nyeri cepat
Stimulasi ujung saraf bebas diketahui
sebagai nosiseptor langkah pertama dalam memicu sensasi nyeri. Reseptor
tersebut berada pada struktur somatik dan visceral dan reseptor tersebut
diaktivasi oleh ransangan mekanis, panas dan rangsangan kimia. Rangsangan
tersebut dapat menghasilkan bradikinin,
,
serotonin, dan subtansi P yang diaktivasi oleh nosiseptor. Aktivasi subtansi P
dipicu oleh potensial aksi yang disalurkan sepanjang serabut saraf aferen ke
sumsum tulang belakang.
Potensial aksi dilanjutkan dari rangsangan
yang poten menuju dorsal horn dari sumsum tulang belakang dan kemudian naik ke
pusat yang lebih tinggi. Thalamus bertindak sebagai pusat pengaturan dan impuls
ke struktur pusat untuk diproses lebih lanjut.
Tubuh
memodulasi nyeri melalui beberapa proses. sistem opiat endogen terdiri dari
neurotransmitter (misalnya enkephalins,dynorpins, dan β-endorphins) dan
reseptor (misal µ,δ,κ). Reseptor tersebut ditemukan sepanjang sistem syaraf
pusat. Opiat endogen berikatan ke reseptor opiat dan menghambat perjalanan impuls
nyeri.
Sistem
syaraf pusat juga mempunyai sistem kontrol penyaluran nyeri ke bagian bawah
sistem syaraf. Sistem ini berasal di dalam otak dan dapat menghambat transmisi
nyeri sinaptik di dorsal horn. Neurotransmitter yang penting ini terdiri dari
opiat endogen, serotonin, norepinephrine, γ-aminobutyric acid (GABA), dan
neurotensin.
1) Tahapan Nyeri Nosiseptif
Nyeri nosiseptif dibagi atas 4 tahapan yaitu :
a) Transduksi adalah stimulus noksius yang kemudian ditransformasikan menjadi
impuls berupa suatu aktifitas elektrik pada ujung bebas saraf sensorik.
b) Transmisi adalah propagasi atau perambatan dari impuls tersebut pada
sistem saraf sensorik
c) Modulasi adalah proses interaksi antara sistem analgesik endogen
dengan input nyeri yang masuk di kornu posterior medula spinalis
d) Persepsi adalah adanya interaksi antara transduksi, transmisi, dan
modulasi yang kemudian membentuk suatu pengalaman emosional yang
subjektif.
a) Transduksi
Konversi stimulus yang
intens apakah itu stimuli kimiawi seperti pH rendah yang terjadi pada jaringan
yang meradang , stimulus panas diatas 420C, atau kekuatan mekanis.
Disini didapati adanya protein transducer spesifik yang
diekspresikan dalam neuron nosiseptif ini dan mengkonversi stimulus noksious
menjadi aliran yang menembus membran, membuat depolarisasi membran dan
mengaktifkan terminal perifer.
Proses ini tidak
melibatkan prostanoid atau produksi prostaglandin oleh siklo-oksigenase,
sehingga proses ini, tidak dipengaruhi oleh penghambat enzim COX-2. Neuron transduksi diperankan oleh suatu nosiseptor berupa
serabut A-δ dan serabut C yang menerima langsung suatu stimulus
noksius.
Serabut A-δ merupakan suatu serabut saraf dengan tebal 1- 3 mm
dan diliputi oleh selaput mielin yang tipis. Kecepatan transimisi impuls pada
serabut A-δ adalah sekitar
20m/s. Seperti serabut sensorik lainnya, serabut A-δ merupakan perpanjangan dari pesudounipolar neuron
dimana tubuh selnya berlokasi pada akar ganglion dorsal.
Sedangkan serabut C
merupakan suatu serabut saraf dengan tebal 1 mm dan tidak memiliki mielin.
Karena serabut ini sangat tipis dan karena tidak memiliki mielin yang
mempercepat transmisi saraf, kecepatan konduksi rendah, dan suatu rangsang
berespon dengan kecepatan 1m/s.
Serabut A-δ dan serabut
C tidak hanya berbeda dalam struktur dan kecepatan transmisinya namun mereka
juga mempunyai kemampuan yang berbeda dalam mendeteksi suatu stimulus. Serabut
A-δ mentransimsisikan nyeri tajam dan tusukan. dan serabut C menghantarkan
sensasi berupa sentuhan, getaran, suhu, dan tekanan halus. Walaupun dengan
adanya perbedaan ini, kedua tipe serabut ini memiliki jalur yang sama dalam
menghantarkan stimulus yang terdeteksi. Rute dari impuls saraf ini biasanya
disebut dengan ”jalur nyeri”.
Selain dari peran
serabut A-δ dan serabut C, disebutkan juga terdapat peran dari neuroregulator
yang merupakan suatu substansi yang memberikan efek pada transmisi stimulus
saraf, biasanya substansi ini ditemukan pada nosiseptor yaitu akhir saraf dalam
kornu dorsalis medulla spinalis dan pada tempat reseptor dalam saluran
spinotalamik. Neuroregulator ada dua macam, yaitu neurotransmitter dan
neuromodulator. Neurotransmitter mengirimkan impuls elektrik melewati celah
synaptik antara 2 serabut saraf dan neuromodulator berfungsi memodifikasi
aktivitas saraf dan mengatur transmisi stimulus saraf tanpa mentransfer secara
langsung sinyal saraf melalui synaps
b) Transmisi
Disini terjadi transfer
informasi dari neuron nosiseptif primer ke neuron di kornu dorsalis,
selanjutnya ke neuron proyeksi yang akan meneruskan impuls ke otak. Transmisi
ini melibatkan pelepasan asam amino decarboxilic glutamate, juga peptida
seperti substantia P yang bekerja pada reseptor penting di neuron
post-sinaptic. Selanjutnya ini akan memungkinkan transfer yang cepat dari input
mengenai intensitas, durasi, lokasi, dari stimuli perifer yang berbeda lokasi.
Secara umum, ada dua
cara bagaimana sensasi nosiseptif dapat mencapai susunan saraf pusat, yaitu
melalui traktus neospinothalamic untuk ”nyeri cepat – spontan” dan traktus
paleospinothalamic untuk ”nyeri lambat”.
Pada traktus
neospinothalamik, nyeri secara cepat bertransmisi melalui serabut A-δ dan
kemudian berujung pada kornu dorsalis di medulla spinalis dan kemudian
bersinapsis dengan dendrit pada neospinothlamaik melalui bantuan suatu
neurotransmitter. Akson dari neuron ini menuju ke otak dan menyebrang ke sisi
lain melalui commisura alba anterior, naik keatas dengan columna anterolateral
yang kontralateral. Serabut ini kemudian berakhir pada kompleks ventrobasal
pada thalamus dan bersinapsis dengan dendrit pada korteks somatosensorik. Nyeri
cepat-spontan ini dirasakan dalam waktu 1/10 detik dari suatu stimulus nyeri
tajam, tusuk, dan gores.
Pada traktus
paleospinothalamik, nyeri lambat dihantarkan oleh serabut C ke lamina II dan
III dari cornu dorsalis yang dikenal dengan substantia gelatinosa. Impuls
kemudian dibawa oleh serabut saraf yang berakhir pada lamina V, juga pada kornu
dorsalis, bersinaps dengan neuron yang bergabung dengan serabut dari jalur
cepat, menyebrangi sisi berlawanan via commisura alba anterior dan naik ke aras
melalui jalur anterolateral. Neuron ini kemudian berakhir dalam batang otak,
dengan sepersepuluh serabut berhenti di thalamus dan yang lainnya pada medulla,
pons, dan substantia grisea sentralis dari tectum mesencephalon.
Sebenarnya
terdapat beragam jalur khusus hantaran sinyal dari kerusakan jaringan dibawa ke
berbagai tujuan, dimana dapat memprovokasi proses kompleks. Transmisi
nosiseptif sentripetal memicu berbagai jalur : spinoreticular,
spinomesencephalic, spinolimbic, spinocervical, dan spinothalamic.
Traktus spinoreticular membawa jalur aferen
dari somatosensorik dan viscerosensorik yang berakhir pada tempat yang berbeda
pada batang otak. Traktus spinomesencephalik mengandung berbagai proyeksi yang
berakhir pada tempat yang berbeda dalam nukleus diencephali. Traktus
spinolimbik termasuk dari bagian spinohipotalamik yang mencapai kedua bagian
lateral dan medial dari hypothalamus dan kemudian traktus spinoamygdala yang
memanjang ke nukleus sentralis dari amygdala. Traktus spinoservikal, seperti spinothalamik membawa
sinyal ke thalamus.
c) Modulasi
Pada fase modulasi terdapat suatu interaksi
dengan system inhibisi dari transmisi nosisepsi berupa suatu analgesic endogen.
Konsep dari system ini yaitu berdasarkan dari suatu sifat, fisiologik, dan
morfologi dari sirkuit yang termasuk koneksi antara periaqueductal gray matter
dan nucleus raphe magnus dan formasi retikuler sekitar dan menuju ke medulla
spinalis.
Analgesik
endogen meliputi :
- Opiat endogen
- Serotonergik
- Noradrenergik (Norepinephric)
Sistem analgesik endogen ini memiliki kemampuan menekan input nyeri di kornu posterior
dan proses desendern yang dikontrol oleh otak seseorang, kornu posterior diibaratkan
sebagai pintu gerbang yang dapat tertutup adalah terbuka dalam menyalurkan
input nyeri. Proses modulasi ini dipengaruhi oleh kepribadian, motivasi,
pendidikan, status emosional & kultur
seseorang.
d) Persepsi
Fase ini merupakan titik kesadaran seseorang
terhadap nyeri, pada saat individu menjadi sadar akan adanya suatu nyeri, maka
akan terjadi suatu reaksi yang kompleks. Persepsi ini menyadarkan individu dan mengartikan nyeri
itu sehingga kemudian individu itu dapat bereaksi.
Fase ini dimulai pada
saat dimana nosiseptor telah mengirimkan sinyal pada formatio reticularis dan
thalamus, sensasi nyeri memasuki pusat kesadaran dan afek. Sinyal ini kemudian
dilanjutkan ke area limbik. Area ini mengandung sel sel yang bisa mengatur
emosi. Area ini yang akan memproses reaksi emosi terhadap suatu nyeri. Proses
ini berlangsung sangat cepat sehingga suatu stimulus nyeri dapat segera
menghasilkan emosi.
|
Nyeri cepat dan nyeri lambat
|
|
Mekanisme Nyeri lambat |
|
Mekanisme biosintesis prostaglandin |
b.
Nyeri Lambat
1) Pencetus
a) Inflamasi atau nyeri ditimbulkan dari jaringan
rusak sehingga membran sel rusak atau terjadi proses sel fagosit pada daerah
inflamasi. Sel rusak memicu lisosom untuk merombak sel sehingga lisis
membran lisozim dan lepas enzim pemecah diantaranya mengeluarkan
40 enzim yaitu fosfolipase, siklooksigenase 1(COX 1), siklooksigenase 2 (COX
2), lipooksigenase.
b) Inflamasi atau nyeri ditimbulkan dari proses
pertahanan tubuh dari zat asing seperti neutrofil dan makrofag melalui proses antigen presenting cell (APC) dalam proses tersebut dapat
menghasilkan sitokin (mediator pemicu basofil dan eosinofil) dan memicu
penandaan sel B yang akan menghasilkan Ig E. Ig E tersebut berikatan dengan
reseptor yang ada pada sel mast sehingga jika ada antigen yang berikatan dengan
kompleks IgE dan sel mast maka sel mast akan mengeluarkan histamin, kondroitin
sulfat, heparin, ECF, NCF, aril sulfatase dan fosfolipase.
2) Proses
Fosfolipid pada sel rusak diuraikan oleh fosfolipase menjadi
asam arakidonat. Sejumlah asam arakidonat diuraikan oleh dua enzim yaitu lipooksigenase
dan siklooksigenase. Penguraian asam arakidonat oleh lipooksigenase
menghasilkan hidroperoksid dan leukotrin. Penguraian asam arakidonat oleh
siklooksigenase menghasilkan endoperoxide PGG2 /PGH kemudian hasil
sintesis menghasilkan PGE2, PGF2, PGD2, Tromboxan
A2, Prostasiklin.
3) Hasil
a) Leukotrin
- Leukotrien
terlibat dalam reaksi asma dan alergi dan bertindak untuk mempertahankan reaksi
inflamasi. Penelitian terakhir yaitu peran dari 5-lipoxygenase pada penyakit
kardiovaskular dan neuropsikiatri.
- Leukotrien
adalah agen sangat penting dalam respon inflamasi. Beberapa seperti LTB4
memiliki efek kemotaktik (gerakan dari sel tubuh sebagai respon akibat terpapar zat kimiawi tertentu
atau mikroorganisme dalam lingkungannya. Pada organisme
multiselular, kemotaksis merupakan proses awal yang sangat penting pada fase perkembangan, seperti migrasi neutrofil
atau limfosit) dan Leukotrien juga membawa sel-sel yang diperlukan untuk
jaringan. Leukotrien juga memiliki efek yang kuat bronkokontriksi dan
meningkatkan permeabilitas pembuluh darah.
- Antagonis reseptor
leukotrien seperti montelukast dan zafirlukast digunakan untuk mengobati asma.
Sudah Jelas fungsi leukotrin adalah sebagai
pertahanan tubuh. Sebagai sinyal untuk migrasi neutrofil. Pada pemakaian antagonis
reseptor leukotrin seperti montelukast dan zafirlukast harus tepat sasaran
dan spesifik untuk penyakit tertentu karena kalau terhambat proses pembentukan
leukotrin akan terjadi labilnya pertahanan tubuh sehingga kalau terjadi infeksi
kemungkinan hasil pengobatan kurang maksimal perlu kombinasi dengan antibiotik.
b) PGE2 / Prostaglandin
-
Menurunkan sekresi asam lambung
-
Meningkatkan produksi mukus pelindung lambung
-
Kontraksi uterus pada wanita hamil
-
Kontraksi otot polos saluran pencernaan
-
Penghambatan lipolisis
-
Peningkatan produksi neurotransmiter
otonom
-
Peningkatan
respon platelet
-
Peningkatan atherothrombosis in vivo
-
Dihambat oleh COX 2
c) PGF2
- Kontraksi
Uterus
- Bronkokontriksi
- Dihambat
oleh COX 2
d) PGD2
- PGD2 menyebabkan
kontraksi dari saluran bronchial. Konsentrasinya pada pasien asma
adalah 10 kali lebih tinggi dibandingkan pada pasien normal, terutama setelah kontak langsung
dengan alergen.
- Regulator
mengurangi suhu tubuh dalam tidur, dan berlawanan fungsi dengan PGE2.
- Berfungsi
sebagai vasodilatasi.
- Peningkatan
kadar PGD2 di kulit kepala folikel rambut dimungkinkan sebagian bertanggung jawab pada
kejadian pola kebotakan laki-laki.
- PGD2 berperan
dalam perkembangan seksual laki-laki.
- Dihambat
oleh COX 2
e) Tromboxan
A2
- Bertanggung
jawab pada waktu pembekuan darah
- Dihambat
oleh COX 1
f) Prostasiklin
- Prostasiklin
(PGI2) terutama mencegah pembentukan pembekuan trombosit yang terlibat dalam hemostasis primer (bagian dari
pembentukan gumpalan darah)
- Hal
ini dilakukan dengan menghambat aktivasi trombosit.
- Vasodilator
yang efektif.
- Interaksi
prostasiklin yang berbeda dengan tromboksan (TXA2)
- Dihambat
oleh COX 1
4) Proses Hasil Biosintesis
Hasil
biosintesis terutama prostaglandin akan menyebar ke masing-masing reseptor dan
sebagai sinyal terjadinya peradangan supaya tubuh dikondisikan sedemikian rupa
menghadapi luka menuju proses perbaikan. Prostaglandin ke reseptor nyeri yaitu nosiseptor
untuk diolah menjadi sinyal-sinyal elektrik ke sistem saraf pusat gyrus postcentralis dan thalamus.
Hasil biosintesis tersebut fenomena
inflamasi meliputi
a) Kalor (panas)
Kalor
terjadi karena meningkatnya aliran darah ke tempat inflamasi karena ada respon
tubuh tubuh terhadap ketidaknormalan dan bakteri sehingga diperlukan migrasi
sel fagosit yang cepat dan juga biosintesis membran sel;
b) Rubor
(merah)
Rubor
terjadi karena permeabilitas kapiler aliran darah meningkat sehingga terlihat
kemerahan;
c) Tumor
(bengkak)
Tumor
terjadi karena pembuluh darah semakin permeabel sehingga terjadi perpindahan
cairan kalau terjadi infeksi luka bengkak disertai sel-sel mati atau nanah;
d) Dolor (nyeri)
Dolor
terjadi karena ada mediator hasil biosintesis fosfolipid diantaranya
prostaglandin;
e) Functio
laesa (hilang fungsi)
Terjadi
karena pengaruh semua hasil biosintesis dan jaringan rusak.
Demam terjadi dari reaksi pertahan
tubuh terhadap bakteri, virus, jamur yang menghasilkan pirogen atau toksin
menyebar ke sirkulasi darah. Pirogen tersebut sampai ke thalamus. Pada tempat tersebut thalamus merespon pirogen sehingga
untuk pertahanan pada tempat tersebut terjadi biosintesis arakhidonat
menghasilkan mediator sitokin diantaranya prostaglandin yang memicu demam dan
juga leukotrien sebagai pemicu kemotaktik produk T limfosit sebagai pertahanan
tubuh di sitem saraf pusat. Sehingga terapi demam harus tepat dengan pilihan obat
tepat sehingga tidak mengganggu pertahanan tubuh. Demam setelah diberi obat
tidak turun lebih dari 3 hari harus terapi antibiotik atau antivirus dan periksalah
ke dokter terdekat selanjutnya konsultasikan obat ke apoteker terdekat.
D. Penggolongan Obat Nyeri dan
Inflamasi
Ada 3
golongan obat nyeri dan inflamasi
yaitu:
1. Obat
analgesik anti inflamasi non steroid;
2. Analgesik Kortikosteroid;
3. Analgesik Opioid.
1. Obat
analgesik anti inflamasi non steroid terdiri dari
a) Golongan
Asam Karboksilat
1) Asam
Asetat
·
Derivat Asam Fenilasetat
-
Diklofenak
-
Fenklofenak
·
Derivat Asam Asetat
Inden / Indol
-
Indometasin
-
Sulindak
-
tolmetin
2) Derivat Asam Salisilat
·
Aspirin
·
Benorilat
·
Diflunisal
·
Salsalat
3) Derivat Asam Propionat
·
Asam Tiaprofenat
·
Fenbuten
·
Fenoprofen
·
Flurbiprofen
·
Ibuprofen
·
Ketoprofen
·
Naproxen
4) Derivat Asam Fenamat
·
Asam Mefenamat
·
Meklofenamat
b) Golongan asam enolat
1) Derivat Pirazolon
·
Azapropazon
·
Fenilbutazon
·
Oksifenbutazon
2) Derivat Oksikam
·
Piroksikam
·
Tenoksikam
2. Analgesik Kortikosteroid
a) Betametason
b) Budesonid
c) Cortison
d) Dexametason
e) fludrokortison
f) hidrokortison
g) metilprednisolon
h) prednisolon
i) prednison
j) triamsinolon
3. Analgesik opioid
a) Meperidin
b) Derivat fenilpiperidin
·
Alfaprodin
·
Difenoksilat
·
Fentanil
c) Metadon
d) Propoksifen